Monday, May 5, 2014

Aku tersesat

Aku berjalan terlalu jauh. Aku berusaha dengan gigih mencapai apa yang benar-benar menjadi harapanku. Aku melupakan semua yang ada di belakangku. Ya, fokusku hanya satu titik di depan mataku. Aku berjalan bahkan terkadang aku berlari sekuat tenaga. Aku menggunakan segala cara untuk mencapainya. Aku mengandalkan seluruh kekuatanku. Aku pikir aku sudah mendekati titik itu. 

Tetapi...
Hari ini aku menyadari, aku berada dalam gurun luas dan aku mendapati diriku kehilangan arah. Titik itu hilang. Semakin berusaha aku mengejarnya, aku semakin kehilangan arah. Berkali-kali logikaku mengatakan bahwa aku harus tetap menggunakan kompas. Berkali-kali pula aku mengabaikannya. Kini, aku hanya bisa tertunduk malu. Malu kepada dunia, malu kepada diriku sendiri. Bahkan saat ini, aku takut untuk berjalan kembali. Aku tidak tahu kemana lagi harus melangkah. Aku mengikuti apa yang menjadi keinginanku, meskipun logikaku tetap saja membatasiku. Aku bahkan lupa pada penciptaku. Aku terlena hingga kehilangan jalanku. 

Aku terdiam, duduk lemas, dan menangis...
Trauma masa lalu itu kembali masuk ke dalam akal sehatku. Aku menghadap ke langit dan berbicara kepada Tuhan. Mengapa selalu seperti ini? Aku pikir aku benar, ternyata tidak sama sekali. 
Aku menutup mataku dan mengingat kembali jejak langkahku hingga aku menemukan titik awal kekeliruanku. 

Aku terlalu percaya pada diriku sendiri. Aku selalu mengejar apa yang aku inginkan tanpa pernah mengandalkan Tuhan. Bahkan ketika aku berada dalam perjalanan, aku sering memaksa Tuhan untuk melalui jalan yang seharusnya tidak aku lalui. Jauh, sangat jauh aku berjalan. Aku kehilangan titik yang menjadi harapanku. Apakah aku mengejar sesuatu yang salah? Ataukah hanya caraku saja yang salah untuk mencapai harapan itu? Entahlah...

Tidak, aku tidak boleh terlalu lama di gurun ini. Ketika aku berada di gurun ini, aku tetap bersyukur. Aku tidak menemukan diriku di dalam jurang. Kini saatnya aku berdiri kembali. Aku tidak mau salah lagi. Aku menoleh ke belakang dan melihat jejak kakiku yang berangsur hilang seiring dengan hembusan angin gurun. Aku memang tidak tahu kemana lagi aku harus berjalan, tetapi Tuhanku tahu. Aku memberikan harapanku kepada Tuhan. Bukan hanya harapanku, kompasku pun aku berikan kepada Tuhan. Dan saat ini, aku tahu tanganNya memegang aku, dan mengangkat aku dari gurun itu. Aku berjalan bukan lagi dengan hatiku, tetapi dengan tuntunan Tuhan. 

Apapun harapanku, impianku, cita-citaku, aku tahu Tuhan sudah menyediakannya untukku. Aku tidak akan menangisi hari ini. Kebahagianku adalah ketika aku meraih semua dengan tuntunan Tuhan. Terima kasih telah menyadariku, Tuhan :')

Template by:

Free Blog Templates